Kopipas

Pagi-pagi dapat postingan di grup WA tentang cacing-cacing yang lemes di Bantul dikaitkan dengan kemungkinan gempa bumi. Tunggu 5-10 menit…. Lha, rak tenan! 🙂 Sebentar kemudian postingan yang sama, persis titik dan komanya muncul di berbagai grup whatsapp yang saya ikuti. Komentarnya pun beragam, dari tanggapan yang lucu-lucu sampai yang serius memanjatkan doa. Tak lama kemudian muncul guyonan “KB dhingklik” yang di jaman milis udah pernah beredar dari grup ke grup. Guyonan jaman milis ini muncul lagi dan — tak titeni — sebentar lagi beredar dari grup ke grup. 

Bukan hanya yang berupa teks, dengan suatu tools ajaib “copy” dan “paste” (sekarang populer “kopipas”) postingan gambar dan video pun dengan cepat beredar dalam hitungan detik atau menit. Fenomena seperti ini memang bukan hal baru. Sejak masa SMP pun saya sudah ketakutan bukan main dengan surat berantai yang “mengancam” dengan ramalan nasib sial bahkan kematian bagi penerimanya yang tidak menyebarluaskan surat itu minimal kepada 10 atau 20 orang. Padahal jaman itu untuk menggandakan perlu ngetik ulang dengan karbon atau fotokopi (mahal) dan tentu saja butuh perangko (duit). Si pengirim surat berantai –yang tidak saya kenal– nampaknya mendapatkan alamat saya karena menang kuis di “Majalah Hai” (jaman itu pemenang TTS atau kuis disebutkan nama dan alamat lengkapnya).

Era 2000-2010 seingat saya adalah masa jaya mailing list. Group email yang bisa diikuti lebih dari 1000 anggota itu sangat berdayaguna untuk menyebarkan informasi dalam lingkungan group. Ada belasan group milis yang saya ikuti, baik sebagai anggota biasa atau sebagai administrator/moderator bahkan beberapa diantaranya saya yang membuat group dan bertindak sebagai owner group. Pada masa itu saja, informasi yang berlalu lalang bukan hanya yang penting dan bermanfaat tapi juga informasi sampah dan hoax (berita bohong) bahkan kadang menyesatkan.

Periode berikutnya muncul Facebook, Blackberry Messenger, BB Group. dan WhatsApp (mailing list mulai tidak populer). Dalam media FB, BB, dan WA ini pun saya menjadi anggota, admin bahkan mengcreate beberapa group. Sama halnya dengan periode kejayaan milis, di FB, BB maupun WA aneka informasi yang manfaat maupun mudharat berseliweran dengan leluasa. Bisa dibayangkan kalau ikut banyak grup dan menerima postingan yang sama di (hampir) semua grup. Beberapa kali malah suatu artikel/gambar yang sama diposting dua/lebih member berbeda, hanya selisih beberapa menit/postingan. 😀

Saya tidak bermaksud nyinyir apalagi menganggap salah fenomena kopipas ini. Enjoy saja. Nyatanya, selain yang berkomentar, “ah, udah pernah..,” banyak juga yang baru sekali itu baca atau nonton (videonya). Suatu informasi mungkin dianggap baru dan sangat penting bagi seseorang, padahal bagi yang lain mungkin sudah tahu itu hanya hoax dan berita basi. Bagi sebagian orang, posting video burung pemakan bangkai (manusia) mungkin hanya seperti menonton Nat Geo Wild channel di tivi, padahal bagi yang lain itu tontonan sadis dan tidak layak.

Pernah saya mengajak teman-teman di suatu grup whatsapp untuk mencoba lebih banyak memposting tulisan atau komentar yang merupakan ide pribadi. Tidak masalah apakah komentarnya wagu atau tak bermutu, yang penting idenya sendiri dan bukan kopipas. Harapannya, menulis agar melatih otak untuk mencegah kepikunan seperti disinyalir banyak penelitian. Tentang broadcast kopipas? Yaa nikmati saja, karena di setiap grup (hampir) pasti ada “petugas” brodkes dan kopipas. Lebih baik menahan diri untuk kirim komentar negatif, karena siapa tahu ada member lain yang belum membaca/menonton (video)nya.

Mari brodkes kopipas! 😀
Diralat, ah!  “Mari mulai menulis dan kurangi brodkes kopipas” 😀 (y)